Cari Blog Ini

Selasa, 09 Desember 2014

MANAJEMEN ORGANISASI ISLAM



A.    Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama dakwah yang mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menyampaikan kepada masyarakat luas. Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan mentranformasikan sikap batin dan perilaku masyarakat menuju sebuah tatanan kesalehan individu atau kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk senantiasa memiliki komitmen kepada jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan setiap individu dan masyarakat dari pengaruh nilai-nilai kesyaitanan maupun nilai-nilai jahiliyah menuju internalisasi ketuhanan, di lain pihak dakwah juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap maupun bertindak. (Pulungan, 2002: 66). Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya:
    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl; 125).

Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, dakwah bukan hanya dilakukan melalui penyampain verbal dan komunikasi kata kata saja, akan tetapi dakwah juga harus mampu memberikan solusi kepada masyarakat tentang problematika kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, dan masalah-masalah kontemporer. Selama ini dakwah yang dilakukan oleh para dai masih dilakukan secara konvensional, dalam artian masih menggunakan metode yang lama seperti ceramah dari masjid ke masjid, majlis ke majlis, sehingga akan menimbulkan “kebosanan” di tengah masyarakat.
Kata-kata hikmah dan pelajaran yang baik pada ayat di atas menggambarkan bagaimana para dai memberikan kontribusi yang nyata bagi kehidupan mad’u/masyarakat/umat secara langsung, yang susuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu memerlukan manajemen organisasi dakwah/Islam yang lebih baik dan modern. Di harapkan dengan hal ini masyarakat tertarik dan terpengaruhi oleh nilai dan ajaran yang terkandung di dalam dakwah Islam.Untuk itu para dai/organisator dakwah dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan setiap misi dakwahnya.
Dakwah bisa dilakukan secara individu, kelompok, atau bisa dilakukan dengan lembaga, organisasi, atau yayasan yang berorientasi dengan dakwah. Dakwah Islam akan lebih efektif apabila dilakukan secara kolektif/kelompok. Untuk mencapai kefektifan dalam berdakwah memerlukan proses yang terencana dengan baik. Oleh karena itu dalam menjalankan dakwah perlu dengan adanya pelembagaan dakwah islam . Pelembagaan dakwah Islam diartikan bagaimana mengelola organisasi islam secara professional dengan hasil yang terbaik bagi dakwah Islam.
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan pengelolaan manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan yang dinamis dan  terarah. Karena hampir dalam setiap sendi kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional. Agar menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang semakin beragam dan berbeda saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin beragam, dengan permasalahan yang semakin beragam pula. Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi.
Pengelolaan yang baik dan terarah akan sangat mendukung terhadap aktifitas tujuan organisasi, yaitu membentuk manusia yang berakhlak baik dan berkualitas. Untuk membentuk pengelolaan yang baik dan terarah maka diperlukan sebuah adanya proses manajemen organisasi Islam yang dimanifestasikan dengan Visi,Misi, tujuan, SDM, manajemen operasional,  manajamenen pemasaran, Kepimimpinan, komunikasi, budaya organisasi dan etika organisasi yang baik. Penerapan manajemen organisasi merupakan hal sangat mendasar dalam pembentukan dan perjalanan suatu organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengatur semua sumber-sumber yang dibutuhkan oleh manusia. Tujuan dari manajemen organisasi adalah membimbing manusia untuk bekerja sama secara efektif (Munir & Ilahi, 2006; 139).
Melihat beberapa penjelasan di atas jelaslah keberadaan dakwah Islamiyah sangat diperlukan di dalam Islam, dakwah merupakan ujung tombak bagi pengembangan agama Islam, Islam tidak akan berkembang apabila pengelolaan dakwah tidak berjalan efektif dan terhenti. Pada saat ini umat islam di Indonesia berlomba-lomba untuk mengembangkan dakwah dengan efektif dan terencana dengan melakukan manajemen organisasi Islam  dengan memadukan ilmu manajemen organisasi modern.

Manajemen
Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini, namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu: Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terry mengemukakan pendapatnya tentang manajemen adalah: Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya (Siswanto:2006). Sedangkan Stoner dalam manulang 1983 mengemukakan manajemen adalah: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (Manulang 1983: 15). Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu
1.      Manajemen sebagai suatu proses,
2.      Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.      Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science) (Manulang 1983: 15)
            Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pengetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu, sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapain tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan mengapa manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap organisasi. Untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan oganisasi dan pribadi. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuam yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Untuk mencapai efesiensi dan efektifitas, suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara adalah dengan cara efektifitas dan efisiensi (Suhendra 2008: 30)
 Sudah pasti, manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu suau proses, yakni sebagai suatu rangkaian tindakan, kegiatan, atau pekerjaan yang mengarah kepada beberapa sasaran tertent. Definisi manajemen harus mengakui juga bahwa proses itu dilaksanakan oleh lebih dari satu orang dalam kebanyakan organisasi.
B.     Organisasi
            Selanjutnya organisasi berasal dari bahasa latin ‘organum’  yang dapat berarti alat, bagian, anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah suatu sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.(Sutarto, 1989; 313). Organisasi juga dapat diartikan sebagai sistem sosial dan dibentuk  atas dasar kepentingan bersama (Mintzberg 2002; 11). Karena organisasi merupakan sistem sosial konsekuensinya, aktivitas organisasi diatur oleh  hukum sosial dan hukum  psikologi. Sama halnya dengan manusia yang memiliki kebutuhan psikologis, organisasi juga memiliki peran dan status sosial.Perilaku organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu di dalam organisasi.Terdapat dua jenis sistem sosial yang tegak berdampingan dalam organisasi. Satu diantaranya adalah sistem sosial formal (resmi) dan yang lain adalah sistem sosial informal. Eksistensi sistem sosial menyiratkan bahwa lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang bergerak secara bersama, Adapun kepentingan bersama diungkapkan dengan organisasi memerlukan orang-orang, dan orang-orang membutuhkan organisasi. Organisasi memiliki tujuan manusiawi, organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kepentingan bersama di kalangan anggotanya. Orang-orang memandang organisasi sebagai sarana untuk membantu mencapai tujuan mereka,
Organisasi mempunyai identitas yang dapat digambarkan, dianalisis, diawasi, dan diarahkan, kepada suatu bentuk yang tepat untuk tujuan tertentu. Administrator melihat organisasi sebagai sesuatu yang belum selesai dan belum lengkap, yaitu sebagai alat kerja yang selalu dapat diubah. Bila organisasi dipandang sebagai instrument yang harus digunakan secara efektif, maka keterbatasan dan kelebihanya harus bisa dipahami. Teori-teori organisasi merupakan kerangka acuan yang dapat dikomunikasikan sebagai dasar untuk menganalis dan memahami suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana ada sejumlah manusia saling, berintraksi satu dengan yang lainya, karena adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif sama. Kemudian organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki tugas dam fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkunganya (Nawawi 2003: 14). Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat yang berwenang. Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab. Karakterisitik organisasi menurut Schein meliputi, memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya (Karimi 2008: 1)
Setelah memahami beberapa pengertian diatas maka tiga unsur yang tidak bisa dilepaskan dan saling menunjang yaitu:
1.      Adanya manusia lebih dari satu
2.      Adanya kerjasama
3.      Adanya tujuan yang sama
Dan suatu perkumpulan juga disebut organisasi  bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut
1.      Pimpinan
2.       Anggota
3.      Peraturan yang mengikat, atau AD & ART 
C. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan, yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bisa bekerja secara efisisen.Memanajemen organisasi juga bisa didefinisikan sebagai tugas, pendelegasian otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki. Manajemen organisasi dapat diartikan seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. (M Munir, wahyu. 138; 2006)
Manajemen organisasi menyatukan berbagai macam sumber daya dan mengatur orang-orang dengan teratur, selain mempersatukan oran-orang pada tugas yang saling berkaitan. Manajemen organisasi dibuat tentu memiliki tujuan yang baik, karena dengan manajemen organisasi, rencana pelayanan publik akan mudah mengaplikasikanya. Oleh karena itu tujuan dari manajemen organisasi adalah
1.      Membagi-bagi kegiatan menjadi departemen-departemen atau devisi-devisi dan tugas-tugas secara spesifik dan terperinci.
2.      Membagi kegiatan serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan atautugas pelayanan terhadap masyarakat
3.      Mengkoordinasikan berbagai tugas organisasi
4.      Mengelompokan pekerjaan-pekerjaan organisasi kedalam unit-unit.
5.      Membangun hubungan dikalangan pegawai maupun karyawan baik secara individual, kelompok dan departemen.
6.      Menetapkan garis wewenang
7.      Menalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi
8.      Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan organisasi secara logis dan sistematis. (M Munir  138; 2006)
D. Manajemen Organisasi Islam
Organisasi islam di definisikan  merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi dan mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas, nilai,  dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam.  Tujuan  dan visi organisasi yang baik adalah yang memiliki dimensi duniawi maupun ukhrawi. Yaitu Iman , Ilmu ,Amal Dan Harus selaras dengan prinsip-prinsip islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisas nilai, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas , Prestasi , perbaikan (Mukhtarom 45; 1996)
Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff ini, akan banyak sekali kandungan tentang manfaat serta konsep-konsep dalam berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah, saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah fokus utama dakwah  Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh.Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid). Seperti di dalam penjelasan surat As Shaaft di bawah ini
            (1)Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)(2) Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?.(3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Pertama, untuk mewujudkan organisasi yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep (perkataan) dan pelaksanaan (at tawafuq bainal qouli wal amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang beriman bukan hanya satu orang beriman.dan di sinilah pesan konsep kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.
4.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh
Kedua, dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.
 (5). Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (6). Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.( 7). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(8) Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (9) Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
Ketiga, dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.
 (10). Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(12) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(13) Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.
Keempat, dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung motivasi serta makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang ‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang besungguh-sungguh di jalan-Nya.
14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ’Isa putera Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Kelima, dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi. (Yulianto 9; 2011)
Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki.  Di dalam organisasi islam terdapat banyak sekali lembaga ataupun organisasi yang bertujuan untuk mengelola dan mengatur dakwah dengan baik. Baik itu lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyrakat dan lembaga sosila. Misalnya OKI (Organisasi konferensi islam), IDB (Islamic Development Bank) World Muslim league (Rabithah. Al alam al Islami), Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig , Dll




BAB III
KESIMPULAN
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan pengelolaan manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan yang dinamis dan  terarah. Karena hampir dalam setiap sendi kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional. Agar menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang semakin beragam dan berbeda saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin beragam, dengan permasalahan yang semakin beragam pula. Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi.
Manajemen: Sebagai kemampuan bekerja dengan orang lain dalam suatu kelompok yang terorganisir guna mencapai sasaran yang yang ditentukan dalam organisasi atau lembaga. Organisasi: Organisasi adalah suatu sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
Manajemen Organisasi Islam adalah merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi dan mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas, nilai,  dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan  ijtihad dari mayoritas ulama Islam
Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisas nilai, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas , Prestasi , perbaikan serta memiliki lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh. Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid).








DAFTAR PUSTAKA

Luzman, Rifki Karimi, pengertian Organisasi, Kumanhajeun, Bandung, 2008
M. Munir & Ilahi, Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta kencana 2006
Manulang, Dasar-Dasar Manajemen Organisasi, Ghalia Indonesia, 1983
Mintzberg, Henry, The Manager's Job, Folkdore and Fa Harvard: business Review 2002
Mukhtarom, Zaeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-amien Press, 1996
Nawawi Hadari, Manajemen strategic non profit dalam bidang pemerintahan, gadjah mada university press, Yogyakarta, 2003
Pulungan, Suyuti, Universitas Islam, Jakarta: UI Press, 2002
Siswanto, H.B, Pengantar Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, 2006
Suhendra, Manajemen Dan Organisasi Dalam Realita Kehidupan, Mandar Maju, Bandung,  2008
Sutarto, , Ensiklopedi Administrasi, Cv. Haji Mas Agung, Jakarta, 1989A
Sutarto, Dasar Dasar Organisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989
Umam Khairul, Manajemen organisasi, Pustaka Setia, Bandung, 2012
Yulianto, Makalah manajemen organisasi Islam, Yogyakarta, 2011
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar